Budaya di Indonesia menjelang lebaran hingga sesudahnya begitu marak. Mulai dari beli baju baru, tas baru, sepatu baru, mungkin ada juga yang sengaja beli pakaian dalam baru.
Budaya mudik begitu menghebohkan penyedia sarana dan prasarananya, begitupun hingga menggairahkan para penyedia saluran dan pemirsa tv.
Ada satu lagi budaya kita adalah pemberian hadiah, hadiah lebaran!
Hadiah lebaran juga dikenal parcel lebaran. Waktu saya masih kecil saya sering disuruh ibu mengantarkan ketupat dan opor ayam kampung hasil sembilihan sendiri ke rumah-rumah tetangga. Tak lama berselang para tetangga pun mengirimkan hal sama bisa jadi dgn menu berbeda ke rumah saya. Wow, bener2 semangat menyambut datangnya lebaran dan menggairahkan. Tapi sekarang setelah saya besar?
Setelah besar saya tanya2 sama temen2 di kampung mereka masing2 masih melakukan hal "kirim-mengirim" makanan lebaran. Cuman sekarang sudah merambah ke kue lebaran kata sebagian temen saya.
Kehidupan di kota telah merubah kebiasaan saya, meski tak terlalu ikut2an namun terpengaruh juga, saling kirim parcel. Cukup telepon dengan paket pilihan dan bayar melalui transfer dgn segala fasilitas digital dari hp semua beres terkirim. Lebaran kemarin saya kirim cuman ke 5 orang, tapi saya dapat balasan dari orang berbeda hingga17 parcel. Hitung2an ekonomi maka saya untung!
Belakangan perusahaan melarang memberi dan menerima parcel-parcelan. Akhirnya saya berencana kembali ke masa lalu saja, mo kirim ketupat dan opor ayam. Tapi siapa yg mo saya kirimi? Lho wong orang2 yg mo saya kirimi pada mudik ke tanah Minang, Medan, Tegal Gubuk Cirebon, Madiun, Solo, Juwiring Klaten, Grobogan, Bontang, Dompu, Bali, Jember, Gunung kidul, Jombang, dan lain-lain!*
No comments:
Post a Comment