Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman! diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)
Tuntutan takwa di sini adalah saat menjalankan shiyam Ramadhan. Harapannya, ketakwaan menjadi baju pelaku shiyam, kebiasaan dan karakternya.
Di antara bentuk takwa yang diperintahkan saat shiyam adalah menjaga pandangan dari melihat yang haram. Realitanya, kemaksiatan pandangan ini termasuk bentuk kemaksiatan yang paling banyak dilakukan shaim di zaman ini. Ini tidak lepas dari lemahnya pembinaan keimanan dan tersebarnya kemaksiatan-kemasiatan seperti wanita ‘telanjang’, gambar-gambar porno, tontonan haram, film-film syahwat, perzinahan dan perkara-perkara yang mendekatkan ke sana.
Fasilitas kemajuan zaman dengan adanya internet maka tontonan sangat mudah kita dapatkan. Tontonan dapat membentuk pikiran. Jika kita bisa menahan semua itu maka berarti pikiran kita bersih. Sebaliknya, maka itu berarti pikiran kita kotor. Saat pikiran kita 'ngeres' alias kotor alias jorok atau istilah lainnya tak ada seorangpun yg tahu, pasti hanya kita sendiri yg tahu dan Tuhan!
Sistem kehidupan yang sekular semakin menyempurnakan dimana syahwat dipuja dan diumbar. Atas nama keindahan, estetika, seni dan semisalnya; wanita yang dipermak menjadi pelengkap dalam setiap event dan moment perkumpulan. Seolah-olah pemandangan haram bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia modern ini.
Siapa yang berpuasa tapi masih umbar syahwat dan keinginan nafsunya, Allah tidak butuh pada dia meninggalkan makan dan minumnya.*
No comments:
Post a Comment