Sunday, June 7, 2015

Kandidat Profesor

Sunu Radjoloyo, sejak empat tahun lalu menjadi seorang doktor. Ia meraih gelar doktor setelah bersemedi dibawah pohon asem yang ada disebuah makam keramat di satu kota tua. Disertasi sang doktor berjudul Permafrost Soil Organic Carbon Composition and Bioavailability in Batu Nisan - Lawu Mountain.

DR. Sunu Radjoloyo juga merupakan seorang raja dari bangsa jin di kawasan yg sangat luas yang belum pernah didatangi manusia manapun. Ia sekarang sedang sibuk meneliti perbandingan unsur2 batu akik, batu nisan dan feses (kotoran, tinja) manusia.

Obyek penelitian sang doktor diilhami oleh para peneliti Amerika yang menemukan kandungan logam mulia dalam tinja manusia. Dalam beberapa kesimpulan penelitiannya yg hingga saat ini masih dirahasiakannya, Sunu Radjoloyo, menyebutkan:

1.  Batu akik, batu nisan dan tinja manusia (bhs. latin: taik utowo keat) adalah berbeda asal-muasal dan fungsinya.
2. Batu akik dan batu nisan nyaris tidak berbau, sedangkan tinja manusia berbau bahkan penuh variasi aromanya.
3. Batu akik digemari manusia dan bisa dibuat perhiasan, sedangkan batu nisan tidak bisa, apalagi tinja manusia.
4. Batu akik diburu manusia sedangkan batu nisan dan tinja justru sebaliknya, dijauhi oleh manusia.

Sementara empat kesimpulan diatas yang bisa diungkap dari hasil penelitian sang doktor yg gemar bermain tenis lapangan rumput tanpa musuh ini.

Meski sehari-hari sang doktor ini sibuknya bukan main ia masih sempat memimpin kerajaan jin, ia adalah seorang raja yg murah senyum kepada rakyat jinnya. Saat sang raja memberikan senyum kepada rakyat jin banyak bangsa manusia yg mengklaim bahwa sang doktor yang merupakan kandidat profesor ini sudah suka senyum sendiri.*

No comments:

Post a Comment